KULTUM
عن أبي
هريرة رضي
الله عنه قال:
سمعتُ رسولَ الله
-صلى الله
عليه وسلم-
يقول :
«الدُّنيا
مَلعْونَةٌ ،
مَلْعُون ما
فيها ، إِلا
ذكرُ الله ،
وما والاهُ ،
وعَالِمٌ ،
ومُتَعَلِّمٌ».
أخرجه
الترمذي.
“Dunia
dan segala isinya berstatus laknat, kecuali yang senantiasa bedzikir kepada
Allah, setiap sesuatu yang dijadikan media untuk mendapatkan rahmat dan rido
Allah, orang ‘alim, dan orang yang belajar ilmu agama.”
Redaksi
hadits di atas menjelaskan, Rasulullah menegaskan dan mengingatkan kepada
umatnya bahwa dunia itu mal’unah. Secara tekstual kata mal’unah artinya
terlaknat. Tapi yang dimaksudkan di sini adalah ditinggalkan karena dapat
menjauhkan dari Allah dan rahmat-Nya, dan kekasih-kekasih-Nya.
Dunia
yang seperti apa dan bagaimana yang dapat mejauhkan dari Allah dan rahmat-Nya
sehingga disebut terlaknat? Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas al-Maliky al-Hasany
menjelaskan bahwa yang disebut dunia adalah:
المراد
بالدنيا هنا
كل ما اشغل عن
الله تعالى
“Yang
dimaksud dunia adalah setiap sesuatu yang menyibukkan seseorang sehingga bisa
menjauhkan dirinya dari Allah”
Apapun
yang menyibukkan seseorang sehingga dia lalai mengingat Allah lalu menjadi
lupa, maka itulah yang dikategorikan dunia. Oleh sebab itu, semua bentuk dunia
yang melalaikan manusia dari mengingat Allah, semuanya dilaknat. Tapi, dalam
hadits di atas ada empat hal yang tidak dikategorikan dunia yang laknat.
Pertama, yang berdzikir kepada Allah. Yang berdzikir kepada Allah tidak hanya
manusia saja, makhluk lain pun bisa berdzikir kepada Allah. Dengan demikian,
dalam hadits di atas tidak menggunakan redaksi illa man dzakarallaha. Kedua,
setiap sesuatu yang dijadikan media untuk mendapatkan rahmat dan rido Allah.
Ketiga, orang ‘alim (seseorang yang berkompeten dalam ilmu Agama). Keempat,
orang yang belajar ilmu agama.
Jadi,
pada hakikatnya dunia beserta isinya terlaknat. Semisal manusia. Manuisa
termasuk salah satu komponen dunia yang terlaknat. Namun jika dalam setiap
hembusannya tersemat asma Allah, maka dia tidak lagi dikategorikan dunia yang
laknat.
Semisal
juga harta. Harta adalah salah satu komponen dunia yang juga terlaknat. Namun,
ketika harta dijadikan media untuk mendapatkan ragmat dan rido Allah, semisal
disedekahkan, dinafkahkan, dizakatkan, maka harta tidak lagi dikategorikan
dunia yang terlaknat. Demikian juga komponen dunia yang lainnya, jika semuanya
diniatkan untuk mendapatkan rahmat dan rido Allah, maka semuanya tidak menjadi
terlaknat lagi.
Lalu
bagaimana dengan orang ‘alim dan orang yang belajar ilmu, apakah mereka dijamin
tidak dikategorikan dunia yang laknat? Belum tentu. Karena bisa saja mereka
salah niat. Semisal ketika mengajarkan ilmunya, dia berniat untuk mendapatkan
imbalan dan pujian. Begitu juga orang yang belajar ilmu Agama, ketika dia salah
niat semisal belajar ilmu untuk digunakan pada hal-hal yang buruk atau negatif,
maka dia terkategorikan dunia yang bahkan lebih terlaknat. Karena suda tahu
tapi digunakan dengan hal-hal yang salah.
Kesimpulannya,
kita harus menaklukkan dunia ini dengan selalu mengungkapkan nama agung Allah,
tentu dengan kekhusyuan hati dan keitiqamahan diri, sehingga dunia bagi kita
bukan sesuatu yang berharga dan istimewa. Apapun dan bagaimanapun itu, jika
kita senantiasa berdzikir kepada Allah, semuanya akan menjadi sesuatu yang akan
diterima oleh Allah. Allah tidak memandang pada bentuknya atau luarnya, tetapi
Allah memandang pada isi atau dalamnya.
Seseorang
yang selalu sibuk dengan urusan duniawi, akan membuat dia yakin pada kehidupan
dan meragukan rahmat Tuhan. Akibatnya, dalam menjalani kehidupan, dia selalu sulit, berat, dan ruwet. (Gus )